Minggu, 04 Desember 2011

lukai dengan luka

Pagi itu benar-benar membuat hatiku sakit. Saat sedang berada di kamar, kakek memanggilku dengan keras, “Pit, Pipit !”. Tak sempat aku menjawab, beliau berkata, “Kamu itu wanita. Jangan dekat-dekat dengan temanmu itu(kekasihku, Cahyo). Anak yang kurang ajar. Membuka pintu kamar seenaknya saja. “ Kemudian beliau pergi sambil tetap mengomel, “Anakmu itu seperti neneknya. Buah tak jatuh jauh dari pohonnya.” Dan aku pun tak kuasa menangis. Kurang ajar? Apa yang Cahyo lakukan? Aku menangis terisak mendengar kekasihku difitnah seperti itu. Bahkan kakek juga membawa-bawa nenek.

Mungkin karna tangisan ini begitu keras, mama mendengar dan menemui aku di kamar. Dengan nafas tersengal-sengal karena menangis aku berkata, “Aku dengan Cahyo tidak pernah melakukan hal yang kurang ajar ma.” Sambil memelukku beliau berkata, ”Sudahlah, mama tahu kalian tidak salah. Kakekmu itu hanya trauma masa lalu. Mohon dimaklumi saja. Jangan terlalu dekat dengan Cahyo. Kamu harus pengertian. Kakekmu itu sudah tua.” Entah sudah berapa lama mama tidak pernah memelukku seperti itu. Nyaman rasanya.

Kemarin Cahyo memang maen ke rumah dengan waktu yang lama. Kakek mengawasiku tiap harinya terutama saat Cahyo berada di rumahku. Kakek dan nenek bercerai saat aku kecil. Nenek menghianati kakek. Entah apapun versi ceritanya, yang pasti mereka bermusuhan kini.

Sejak kejadian itu, aku tak pernah lagi berpamitan kepada kakek selama kurang lebih 2 minggu. Aku benar-benar sakit. Karena kejadian itu juga, Cahyo tidak menjemputku sekolah. Orangtuaku melarangku dahulu karena takut aku terluka lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar